26 bulan bersamamu ♡

Pertengahan 2018, untuk pertama kalinya dia mengirimiku pesan soal open recruitment pegawai. Ternyata kami berdua lolos tes. Belum pernah bertegur sapa langsung, masih malu-malu kalau bertemu di tempat kerja. Tapi kalau di WA chatt, obrolan kami mengalir begitu saja. Tema obrolan pun selalu soal kerjaan, gak aneh-aneh. Setahun berlalu, waktu yang menurutku sudah cukup lumayan mengenalnya.

Lalu, karena dia merasa cocok denganku, dia ingin menikahiku. Wow! Agak shock haha. Setelah istigharah, meminta restu orangtua, dan mendengarkan saran dari orang terdekat aku pun mengiyakan permintaannya. Kami pun saling bertukar CV ta’aruf, dan mendiskusikannya.

31 Juli 2019 adalah hari dimana dia datang untuk melamarku. Lamaran yang sederhana dan hanya didatangi keluarga terdekat saja. Tentu, hatiku gugup tapi sangat bahagia ≧∇≦ Lalu, 3 bulan kemudian kami menikah. Pertama kalinya saling menatap lama, berpegangan tangan dan duduk di dekatmu eaaa😂

Nikah itu seru loh hihihi. Seru dalam artian ketika makhluk mars dan venus bersatu. Perempuan yang terlalu perasa dan lelaki yang berpikir logic. Tergantung kitanya aja mau merespon suatu hal seperti apa. Kalau kesal, marah sama pasangan itu wajar, yang nggak boleh itu marah-marah dan hilang kendali. Komunikasi efektif adalah kunci hubungan suami istri harmonis loh. Jadi ngambek terlalu lama ke pasangan itu cuma bikin masalah tambah rumit bin ruwet aja ya kan. Coba deh kalau agak tenangan omongin baik-baik, masalahnya apa dan solusinya gimana. Menjadi istri/suami itu harus saling sabar satu sama lain, dan berlapang hati menerima kekurangan pasangan. Yang terpenting juga adalah gimana sikap kita pada pasangan dan mendoakan kebaikannya. Sudahkah kita menjalankan kewajiban kita sebagai istri? Jangan cuma nuntuk hak kepada pasangan tapi kita malah masa bodoh sama kewajiban kita.

By the way, dulu tuh inginnya punya suami yang suka nulis gitu di media sosialnya. Nyatanya suami aku bukan tipe begitu guys. Haha. Suamiku super super jarang update story ataupun postingan di media sosialnya, 0 post dong. Kayaknya dari jaman kami kenalan sampe sekarang belum pernah bikin story WA apalagi😂 Ini mah efek suka baca tulisan romantis orang aja, jadi maunya diromantisin wkwkwk. Romantis versi aku dan suami pun berbeda. Perlu banget loh memahami love language satu sama lain. Semisal aku yang lebih suka diromantisin pakai kata-kata dan quality time berdua, tapi kalo suami lebih suka physical touch dan prove his love by acts of service gitu. Biasanya ada kalanya kami salah paham, karena beda love language aja, tapi setelah aku tanyakan, “mas kenapa sih gak pernah ngomong maaf gitu ke aku?” Ternyata gaya maaf versi suamiku adalah ketika dia berusaha mencairkan suasana, ketika dia ikut bantu aku beres-beres rumah, ikut memasak dan mengajakku keluar rumah. Hmm bener bener menunjukkan rasa cintanya itu dengan mendidik aku sebagai istrinya dan menspesialkan aku yang katanya gak boleh terlalu capek :’) Tapi, aku juga mana tega tugas rumah diborong semua sama suami, jadi aku bantu sebisaku. Kan beliaunya juga udah lelah bekerja. Huhu, semoga kita bisa jadi istri yang selalu menenangkan pandangan dan hati suami yaa, jadi penyejuk jiwanya, hingga pada akhirnya kita kelak dipersatukan lagi dengan pasangan kita di surga Allah, aamiin aamiin yaa Mujiib.

Semoga dengan rasa takut kita kepada Allah menjadikan rumah tangga kita diberkahi dan dilindungi Allah. Sakinah mawaddah warahmah itu memang harus diperjuangkan. Semoga Allah menjaga pasangan kita dalam ketaatan. Aamiin

Jazakallah khair, atas segala letih perjuangannya mencari nafkah halal.

Jazakallah khair, atas didikanmu yang mengubahku agar lebih baik terutama dalam hal kebersihan dan kerapian.

Jazakallah khair, atas segala keputusan baik yang kau ambil, meski tak mudah dan ternyata Alhamdulillah kita bisa melewatinya.

Jazakallah khair, sudah menomor-satukan keluarga ♥

Jazakallah khair, sudah menjadi teman juang, teman bahagia, teman jajan, teman curhat dan teman seumur hidupku ʕ•ε•ʔ

Jazakallah khair for everything, my love.

Tentang Read Aloud

Bismillah.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh dear bloggers yang follow blog ini😂😂😂 Sekalinya mampir ke blog cuma mau posting materi training Read Aloud dari Mandira Semesta haha.

Meskipun udah gak kayak dulu lagi aktifnya sih, seenggaknya masih nyempetin mampir biar gak kosong tulisannya di tahun 2021 ini😆

Jadi, kemarin pagi tuh ada materi tentang read aloud di grup telegram MDS. MasyaAllah mantep pooll materinya.

Pada sadar gak sih kalo di indonesia itu emang rendah tingkat literasinya? Nomer berapa coba rangkingnya di ASEAN? Monggo googling aja ya🤪 Nah efek tingkat literasi yang rendah ini tentunya berdampak ke banyak hal. Seperti aspek emosional, perilaku bahkan kesuksesan orang.

Misal nih, sosok alm pak Habibie yang jenius itu dari mana coba ilmunya datang? Jelas, dari baca buku. Beliau salah satu orang yang pecandu buku loh. Jadi gak usah heran kalau tingkat keilmuannya beliau tinggi dan menghujam. Pantes ya beliau diangkat jadi presiden ke-3 Indonesia. Karya-karyanya di industri dirgantara udah 4 pesawat yang beliau bikin. MasyaAllah. Allahummaghfirlahu..

Contoh lainnya tentang budaya membaca, mari kita tengok Jepang. Sudah jadi pemandangan yang lumrah orang-orang jepang suka membaca buku, majalah atau koran saat menaiki kereta. Kalo di indonesia apa coba yang dipegang kalo lagi naik kereta? Kebanyakan handphone ya. Budaya baca ini memang menggelora ke seluruh lini kehidupan bermasyarakat Jepang. Ia diterima dan dipertahankan karena meyakinkan secara logis sebagai obor penerang masa depan. Wuih. Sepertinya efek dari suka baca ini membawa pengaruh ke perilaku mereka juga ya. Yap, jepang terkenal dengan kedisiplinannya. Sungguh bikin kagum euy.

Budaya baca ini pun sebelumnya sudah dicontohkan oleh para pendahulu kita, para ulama kita. Mari kita ingat sosok Imam Syafi’i, Imam Bukhari, Imam Nawawi dan lainnya. Mereka adalah sosok pecinta ilmu. Suka baca tentunya. Haus akan ilmu pasti. Pejuang-pejuang literasi di zamannya. Sekarang, kita hanya tinggal menikmati baca karangan-karangan kitab beliau. Semoga Allah merahmati mereka. Aamiin.

Membentuk budaya baca itu perlu dibiasakan sejak dini. Bahkan dari bayi. Udah pada tau apa itu read aloud? Read aloud adalah membacakan buku secara nyaring setiap harinya 10-15 menit. Syarat disebut read aloud apa? Satu, ada anak yang mau dengar. Kedua, ada orangtua yang gak malas membacakan buku, hayo lho jangan dikasi gadget mulu anaknya😐. Ketiga, ada buku yang mau dibacakan.

Tapi, males ah bacain buku ke anak? Hayo lho, ini anakmu. Yang membentuk kebiasaan dia ketika udah besar adalah orangtuanya. Berpikirlah secara jangka panjang. Dikasi gadget aja lah lebih gampang! Yaa bersiaplah dengan efek selanjutnya. Misal yang paling sering itu speech delay. Silakan ditanggung efeknya. Gak apa capek-capek sekarang bacain buku ke anak, kan nanti kita bisa tuai manfaatnya di kemudian hari. Contoh, anak jadi punya kaya kosakata di usianya yang masih kecil, kecerdasannya terasah dengan baik, juga perilakunya yang semakin hari semakin baik. Gapapa gapapa, udah yuk semangat terus membersamai anak. Apa yang kita tanam, akan kita tuai nantinya.

Aku share ya manfaat read aloud ini dari materi yang disampaikan mba Novika Amelia:

Pedriatic New York University lakukan penelitian yang menghasilkan bahwa anak yang rutin di bacakan buku sejak usia 6 bulan memiliki kosakata 4 kali lebih banyak dan keterampilan melek huruf dan berbahasa yang lebih baik. Ini jelas sekali karena semakin banyak kata yang yang anak dengar semakin baik kemampuan berbahasanya berkembang pesat. Bahkan penelitian menunjukkan bahwa murid yang membaca lebih banyak akan lebih berprestasi dan bisa bersekolah hingga jenjang yang paling tinggi. Mereka akan memiliki kesempatan melanjutkan studi lebih baik. Membacakan buku ke anak secara rutin, tidak langsung mengajarkannya untuk sadar fonik atau bunyi huruf, memberikan mereka pelajaran tentang proses mendengarkan dan melihat lebih baik, pemahaman terhadap bacaan yang lebih dalam, dan kelancaran membaca yang lebih mengagumkan.

Pada tahun 2015 American Academy of pediatrics melakukan penelitian yang menunjukkan perkembangan otak selama di bacakan buku. Hasil penelitian itu menunjukkan kegiatan membacakan nyaring ke anak mengaktifkan bagian otak tak yang berfungsi untuk mendukung imajinasi dan pemahaman. Mendengarkan kata-kata yang dibacakan saat read aloud menyebabkan otak anak bekerja dalam hal yang sangat penting. Ini menciptakan sinopsis yang menghubungkan otak satu sama lain yang mengantarkan pada perkembangan fungsi kognitif anak.

Mantap betuul khan manfaatnya. Sekarang, pilihan ada di tangan kita ayah bunda😍 Yok bisa yok. Kalo mau cari buku-buku bergizi silakan mampir di lapak @temansyukurmu di instagram yaa bunda🤗

Yang disyukuri

Apresiasi setinggi-tingginya untuk semua ibu yang udah sangat berusaha mengasuh anak-anaknya 🤧 Selama hamil, jadi suka keinget sama ibu. Gimana perjuangan beliau merawat dan mendidik anaknya dari masih janin sampe usiaku seperti sekarang.

Gak gampang ya, semua ada kerikil perjuangannya. Tapi Allah Ar-Rahman sungguh sangat sanggup membantu hambaNya yang mau sekedar menengadahkan tangan, meminta hanya kepadaNya.

Dear baby in my womb, di trimester ke 2 ibu tau kalau kamu juga merasakan emosi yang ibu rasakan beberapa minggu yang lalu karena sempat terjebak di situasi pandemi yang rumit sekaligus 40 hari gak bisa ketemu sama ayah. Labilnya ibu, mood swing dan baperan ●_●

Nak, terima kasih sudah berusaha kuat. Terima kasih sudah mendengarkan ibu ngomong, kalo kita harus bisa bareng-bareng lewatin perjuangan ini dengan kuat, sabar dan hati yang ridho terhadap semua ketetapan Allah ❤

Alhamdulillah tsumma alhamdulillah, saat USG kemarin kamu membuktikan kalo kamu sehat 😭 Padahal hati udah dredeg tak menentu, terus dibikin terharu 🙃

Terima kasih juga paksu, yang saat itu selalu memastikan kondisi istrinya baik-baik aja dari ujung telpon. Beliau yang jadi makin sering searching di internet tentang keluhanku selama hamil, cari obat yang aman dan cariin video senam hamil. Utawyang 😺 Haha..

After the storm, and yeah here we are! We’re blessed to have each other 🤗

Belajar dari sirah perang mu’tah

Untuk pertama kalinya Rasulullah saw menyerukan perang untuk menaklukkan romawi. Ketika 3.000 pasukan islam berperang dengan 200.000 pasukan romawi, pasukan islam berperang dengan senjata seadanya sedangkan romawi dengan alat paling canggih pada masanya. Melihat keadaan yang rasanya gak seimbang itu, salah satu prajurit islam minta kepada sang panglima untuk berkirim surat kepada Rasulullah saw seenggaknya ya kali aja bisa nambah pasukan gtu. Hal yang wajar kan jika ada masukan seperti itu. Ya mungkin kalo aku di posisi prajurit juga pasti ada rasa ciut. Tapi tau gak apa yang diucapin sama si panglimanya, Abdullah bin Rawahah:

“Demi Allah, sesungguhnya apa yang tidak kalian sukai itu justru sebenarnya merupakan tujuan keberangkatan kalian. Bukankah kalian menginginkan mati syahid. Kami memerangi musuh bukanlah dengan mengandalkan jumlah kekuatan maupun banyaknya bala tentara, kita memerangi mereka hanyalah mengandalkan agama ini yang karenanya lah Allah memuliakan kita. Maka dari itu terus maju, kita pastikan memperoleh salah satu dari 2 kebaikan, Menang atau Mati syahid!”

Beeeh, gak salah nih milih mental panglima perang kayak gini. Pasti dalam hidup ini kita pernah melewati rintangan-rintangan yang gak biasa, pengalaman hidup untuk pertama kalinya, nah tugas kita cuma berjuang sampe titik darah penghabisan, harus totalitas 100%, hadapi rasa takut itu, lawan, maju terus dan tetap tenang. Dan ingat niatnya lurus lillahi ta’ala, bergantung sepenuhnya hanya kepada Allah.

Betewe, Abdullah bin Rawahah tetep punya rasa takut yang manusiawi melihat kedua sahabatnya sudah syahid terlebih dahulu, mati mengenaskan. Yang pertama Zaid bin Haritsah syahid terkena tombak. Lalu, tubuh Ja’far terpotong-potong. Dikisahkan bahwasannya kedua tangannya tertebas, bahkan dadanya juga menjadi sasaran dan Rasulullah bilang gini, “nanti di surga tangan Ja’far digantikan dengan sayap.” MasyaAllah 😭 Seketika itu Abdullah bin Rawahah bangkit mengambil bendera panji Rasulullah yang terjatuh, beliau bilang kayak gini ke dirinya sendiri:
“Aku sumpahi kamu wahai diriku, turunkanlah kamu, turun, atau aku paksa turun. Bukankah telah sekian lama kamu menunggu harapan, bukankah kamu ini tidak lebih dari setetes air mani yang ditumpahkan.”
Jadi, Abdullah bin Rawahah memarahi dirinya sendiri ketika sedang merasa takut mati agar bisa berani menjalankan perintahnya Rasulullah. Sampai pada akhirnya, beliau juga menjemput syahid.

So, ketika tujuan akhir kita adalah ridhoNya Allah, ingin berhasil yaudah kerahkan segenap 100% kemampuan kita untuk mencapai impian kita. Semua dari kita pasti sama tujuan kesuksesannya pengen masuk surga, tiket masuk surga itu bukan karena amalan kita, tapi ini tentang Allah ridho atau gak kita masuk surga 😭😭😭 Jangan pernah mewujudkan mimpi seorang diri, tapi selalu libatkanlah Allah. Itu yang akan bikin orang-orang punya impact yg gak biasa. Jadi, its okay kita ambisius terhadap apa-apa yang bikin kita dapat ridhoNya Allah 🌱

PS: tulisan terinspirasi dari podcast teh Farah Qoonita yang masyaAllah (⌒o⌒)

Feeling useless (?)

Pernah gak sih feeling useless?

Mungkin banyak yang ngerasa gini yaa (atau cuma aku doang😂), terutama di umur-umur segini. Kadang perasaan kita atau apa yang kita yakini terkait diri kita ga selalu bener nyatanya seperti itu. Sebenernya kita udah punya perannya masing-masing, walaupun terlihat ga penting di mata kita, tapi bisa jadi itu berharga lho buat orang lain atau orang-orang terdekat kita. Kadang hal-hal yang bermanfaat atau yang bermakna ga harus selalu besar & gemerlap kok. Malah kadang seringkali yang sederhana itu berarti besar.

Emang perasaan useless tuh gak enak banget. Kadang kita udah berusaha positif thinking, tapi ada sisi dalam diri kita yang mengkritik keras gitu. Bahkan ada beberapa orang kalo udah ngerasa gini (termasuk aku😅), hmm salah satu cara teknisnya ngemute-in story orang-orang yang bukan temen deket, untuk mengurangi paparan info yang bejibun hehehe. Kalo cara psikologisnya, berusaha meyakinkan diri kalo semua orang itu punya jalan hidup yang unik masing-masing, rezekinya, ujiannya pun berbeda-beda.

Entah apakah pengaruh medsos juga dengan bejibun informasi yang masuk, kita secara ga sadar jadi suka bandingin hidup kita sama orang lain, mungkin kali ya. Tapi nih berharga tidaknya kita ga ditentukan dari penilaian/penerimaan luar kok, ga ditentukan dari prestasi juga. Bisa jadi ditentukan gimana kita mau berusaha, belajar, dan berbenah lebih baik. Bahkan walaupun cuma sedikit-sedikit.

Biasanya yang kudu kita lakuin saat merasa seperti itu, kita harus berusaha mempercayai proses dan melakukan sesuatu dengan apa yang kita punya/bisa, walau yang kita lakukan itu mungkin hal sederhana banget. Meskipun juga ga terlalu yakin akan membawa dampak/membuahkan hasil nantinya. Hanya berharap suatu saat akan memberikan manfaat juga.

Apapun standar kebermanfaatan yang ditetapkan dunia luar, apapun kekuranganmu, kamu berharga dan bermanfaat sayang! Kadang kita ke diri sendiri emang suka kurang objektif, entah tentang kelebihan maupun kekurangan, juga kadang emang agak sulit menerima diri sendiri seutuhnya wkwk. Yah, its okay I love myself ❣️ Yang ngerasa kyk gini sini pelukan 🤗

PS: sefruit balesan curcol chat honey @erdisanoor 😘

Stimulasi Suka Membaca #1

Kalo boleh jujur level ini yang saya tunggu-tunggu. Karena apa? Karena banyak banget tanggungan buku yang belum kebaca 😦 Hampir 4 bulanan gak ada blas buku yang khatam dibaca😭 Yaampun sedih akutu. Padahal target tahun ini bisa selesai baca 20 buku, tapi kenyataannya manajemen waktu saya yang buruk. Screen timenya terlalu banyak daripada enjoy the books 😭 Terakhir bulan Maret kemarin selesai baca buku yang berjudul “Wonderful Journey” karya Pak Cahyadi Takariawan. Ada juga 2 buku yang lain sudah dibaca, buku “Bertumbuh” karya Kurniawan Gunadi dan ebook “Love and Happiness” punya Yasmin Mogahed. Jadiii, baru 3/20 buku yang tercapai dituntaskan. Fit, ayo fit semangaaat nyelesainnya. Don’t waste your time with gadget. Huaaah✊👊💪